2/11/2013

Ekspedisi Semeru, 22-24 Oktober 2012

22 Oktober 2012
Pagi di desa Tumpang, yang benar-benar terasa pagi bila dibandingkan Sumatera. Perjalanan dimulai dengan menggunakan truk milik warga setempat menuju ke Desa Ranu Pani. Kami berangkat jam 6 pagi. Truk sayur yang membawa petani ini begitu sesak. Bergelantungan di atas truk dengan goyangan-goyangan karena medan jalan di pegunungan yang begitu menantang. Perjalanan sekitar 2 jam tak terasa melelahkan. Sepanjang jalan disuguhi pemandangan khas pegunungan. Hutan hijau yang asri, ladang apel khas malang, udara yang begitu segar, keramahan penduduk dengan bahasa jawa yang kental. Dan dibalik keindahan itu semua, muncullah Mahameru dengan puncak yang ditutupi awan putih dengan latar langit biru cerah. Sekitar 2 jam diperjalanan, sampailah kami di desa Ranupane, Pos Taman Nasional Tengger Bromo Semeru.Di pos ini dilakukan registrasi, dan pendakian di mulai. Desa ranupai merupakan desa terkahir yang kita temui. Sebelum memulai perjalan, kami terlebih dahulu sarapan nasi ruwet. Temperatur yang rendah tak mempan dilawan cabe merah satu sendok pun.

Pendakian ke Semeru terkenal akan debu di sepanjang perjalanan. Mulai dari Pintu rimba, perjalanan berlanjut mengitari bukit menuju ke Ranukumbolo. Ada 4 pos yang kita lewati sebelum sampai di danau yang sangat terkenal dengan keindahan dan kesunyian suasananya. Berbagai tempat kita lewati dengan nama-nama tertentu. tapi ada satu hal yang paling saya ingat, yaitu waturejeng. Sebetulnya track menuju ke ranukumbolo tidaklah begitu menanjak, untuk para pemula cukuplah sebagai pemanasan sebelum merasakan terjalnya mahameru. sekitar 5 jam berjalan sampailah kita ke Ranukumbolo. pemandangan yang luar biasa. terlihat di bawah sana danau dengan kesegarannya, dilanjutkan dengan tanjakan cinta diujung, sebelah kanan akan terlihat padang savana, disela-sela pohon bunga keabadian dengan warna emasnya, dan sebelah kiri... Mahameru, menatap tajam mata para pendaki.
Di danau ini kami menghabis waktu semalam. Dinginnya malam diselimuti kehangatan alam. Kehangatan yang saya maksud disini ada 2, paas dari api unggun serta persahabatan yang terjalin dalam waktu beberapa jam saja. Yaa...., demikianlah kalo kita di rimba, punya hobi yang sama membuat pembicaraan tak ada habisnya.

Tanjakan Cinta 
Pagi datang, dibalik 2 bukit muncullah sang fajar menyinari ranukumbolo. Perjalanan pagi ini dimulai dengan menaklukkan mitos "Tanjakan Cinta". Tanjakan cinta adalah sebuah tanjakan dengan kemiringan tidak kurang dari 45derajat, tidak terlalu panjang tapi semakin ke ujung semakin terjal. Mitos tersebut berkembang di kalangan para pendaki yaitu "Barang siapa yang bisa terus berjalan tanpa berhenti hingga di atas bukit dan tanpa menoleh ke belakang, jika sedang jatuh cinta akan berakhir bahagia". Ketika kita melewatinya tak semudah yang kita lihat dari bawah, apalagi dengan beban yang kita bawa. Harus pinter-pinter ngatur nafas supaya tanjakan cinta ini bisa ditaklukkan. Dan  seorang yang lagi punya "harapan" seperti .... saya.... pastinya punya tenaga ekstra untuk menjalaninya.. wheehee.. wallahualam..

Setelah melewati tanjakan cinta, dari atas bukit kita menuju ke "cemoro kandang" dengan menyusuri "oro-oro ombo". Dari cemoro kandang dilanjutkan ke jambangan, kemudian berhenti sejenak di kalimati. Di kalimati ini terdapat taman edelweis dan Madameru akan terlihat jelas disana. Setelah mengambil air di sumbermani, kami melanjutkan ke Arcopodo, batas vegetasi dan juga camp terakhir sebelum menuju ke puncak. hari mulai gelap dan kami istirahat untuk mempersiapkan fisik sebelum merasakan kejamnya mahameru pada malam harinya.

Sekitar jam 01.00 kami memulai pendakian ke puncak. Suhu sangat dingin ditambah dengan angin yang bertiup sangat kencang. Perlahan-lahan kami menuju ke puncak. tanjakannya sangat terjal , dengan pasir yang membuat langkah kembali merosot. belum lagi jurang di bagian kanan atau kiri. setelah mendaki sekitar 5 jam, sampai lah kami di puncak... Mahameru, puncaknya para dewa. Gunung tertinggin di Pulau Jawa, 3676 meter dari permukaan laut.